Ingin ku ungkapkan dalam secarik puisi, rindu yang tak tertahankan padamu ayah. Rindu yang mungkin tinggal hanya kerinduan. Ingin aku kabarkan padamu ayah, hasil panen padi dan singkong melimpah tahun ini. Ingin aku basuh peluhmu di kerut wajahmu dan kubuatkan kopi manis untukmu, ayah. Aku seperti mimpi, ketika kabar duka itu datang melalui telephon pak RT di senja kala menjelang magrib waktu itu. “Dik, segera pulang, ayahmu mengalami kecelakaan, beliau sudah tidak ada”, begitu bunyi suara serak Pak RT di ujung telephon. “Ah, tidak mungkin. Tidak mungkin secepat ini”, jeritku kalang kabut. Aku menangis sejadi-jadinya hingga teman-teman di kamar sebelah mengerubungiku. Hamid, teman sekampungku memeluk dan menepuk pundakku. “Aku turut berduka atas musibah ini, Tuhan telah menggariskan semuanya. Mari, kita bergegas pulang. Tabahkan hatimu”, bisikan Hamid membuatku sedikit berpikir jernih. Pengurus asrama pondok mengantarkan kami pulang kampung. Sepanjang perjalanan, hatiku kalu...
https://www.youtube.com/channel/UCiLaH9KofrecrfEQfrl8R9g